الحمد لله الذي جعل حنات الفردوس لعباده
المؤمنين نزلاً، ونوّع لهم الأعمال الصالحة ليتخذوا منها إلى تلك الجنات سبلاً،
ونشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن
عملاً، ونشهد أن محمداً عبده ورسوله الذي شمّر للِّحاق بالرفيق الأعلى، والوصول
إلى جنات المأوى، ولم يتخذ سواها شغلاً، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه والتابعين
لهم بإحسان ما تتابع القطر والندى، وسلم تسليما مزيداً..
أما بعد، أيها الناس، اتقوا الله تعالى
“وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً
أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا
وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ
أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)”. (سورة آل عمران).
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan
apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wasallam
serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati oleh Allah..
Bila anak-anak kita ditanya tentang
cita-citanya, niscaya jawaban mereka akan sangat beragam. Ada yang ingin
menjadi pilot, dokter, dosen, jenderal, bos perusahaan dan cita-cita tinggi
lainnya. Tidak heran bila demikian jawaban mereka, sebab mereka selalu
mendapatkan nasehat, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”.
Namun, pernahkah kita mendidik anak-anak kita
untuk memiliki cita-cita yang jauh lebih tinggi dibanding berbagai cita-cita di
atas?
Apakah cita-cita tertinggi itu?
Bagaimana pula jalan untuk meraihnya?
Sebelum menjawab berbagai pertanyaan
tersebut, mari kita simak kisah menarik berikut ini:
Jama’ah Jum’at yang kami hormati…
Kisah ini menceritakan tentang seorang pria
dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Beliau bernama
Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami radiyallahu ‘anhu. Ia adalah seorang yang
sangat fakir, tidak memiliki rumah, dan biasa tidur di emperan Masjid Nabawi.
Namun dia senantiasa mengisi waktunya untuk berkhidmat kepada Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam.
Kisah selengkapnya akan kita dengarkan dari
sang pelaku sejarah sendiri. Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami radhiyallahu ‘anhu
bertutur, “Dahulu aku biasa melayani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Aku menyelesaikan dan memenuhi keperluannya sepanjang siang, sampai beliau
melaksanakan shalat Isya’, kemudian aku duduk di sisi pintunya ketika beliau
masuk ke dalam rumahnya. Aku berkata kepada diriku, mungkin Rasulullah memiliki
keperluan (sehingga aku sudah siap melayaninya). Aku terus mendengar beliau
mengatakan, “Subhanallah, subhanallah, subhanallah wabihamdihi”,
sehingga aku lelah kemudian aku pulang atau aku dikalahkan oleh kantukku
sehingga aku tertidur di sana.
Karena melihat semangat dan kesungguhanku
dalam membantu dan melayani beliau, pada suatu hari beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku
akan memberimu”.
Mendengar tawaran itu aku berkata kepada
beliau, “Biarkan aku berpikir dahulu wahai Rasulullah! Besok-besok aku
beritahukan padamu”.
Maka akupun merenung dan menyadari bahwa
dunia itu fana dan akan sirna. Aku juga telah memiliki rezeki yang sudah
ditentukan, yang akan mencukupiku dan mendatangiku.
Setelah merenung dan memikirkannya, akhirnya
Rabi’ah mencapai suatu keputusan seraya bergumam, “Kalau begitu aku akan
meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam untuk akhiratku.
Sesungguhnya beliau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah”.
Maka akupun mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam. Tatkala berjumpa dengan beliau, Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam berkata kepadaku, “Apakah keinginanmu wahai
Rabi’ah?”
Aku menjawab,
“نَعَمْ
يَا رَسُولَ اللهِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَشْفَعَ لِي إِلَى رَبِّكَ فَيُعْتِقَنِي
مِنَ النَّارِ”
“Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar
engkau memberi syafaat kepadaku di sisi Rabb-mu agar Dia membebaskanku dari api
neraka”.
Dalam riwayat Imam Muslim, Rabi’ah berkata,
“أَسْأَلُكَ
مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ”
“Aku memohon agar dapat menemanimu di Surga”.
(Subhanallah…..!)
Mendengar permohonanku itu, Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam bertanya, “Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk
meminta hal ini?”.
Rabi’ah menjawab, “Demi yang mengutusmu
dengan kebenaran, tidak ada seorangpun yang menyuruhku. Namun tatkala engkau
berkata, ‘Mintalah kepadaku niscaya aku akan memberimu’, sedangkan engkau
memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah, maka akupun berpikir dalam diriku,
“Aku sadar bahwa dunia ini fana dan akan sirna. Sedangkan di dunia aku telah
memiliki rezeki yang sudah ditentukan yang akan mencukupiku dan mendatangiku.
Maka akupun memutuskan, “Kalau begitu aku akan meminta kepada Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam untuk akhiratku”.
Mendengarkan penjelasanku beliau berdiam
sejenak, kemudian berkata kepadaku,
إِنِّي فَاعِلٌ، فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Aku akan memenuhi permintaanmu. Tetapi
bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu dengan engkau perbanyak sujud
(shalat)“. HR. Ahmad. Dan para muhaqqiq kitab Musnad menyatakan
hadits ini hasan.
Sidang Jum’at rahimakumullah…
Itulah cita-cita tertinggi seorang muslim.
Diselamatkan dari api neraka agar dapat menikmati indahnya surga yang seluas langit
dan bumi.
Menemani sang kekasih di surga Firdaus.
Itulah seharusnya cita-cita yang selalu kita
tanamkan dalam jiwa kita dan kita ajarkan kepada putra-putri kita tercinta.
Sebab itulah kesuksesan yang hakiki.
Sebagaimana ditegaskan Allah ta’ala,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
Artinya: “Barang siapa dijauhkan dari api
neraka dan dimasukkan ke surga; sungguh ia telah sukses”. QS. Ali Imran:
185.
yang berbahagia…
Surga adalah cita-cita yang tinggi, bahkan
teramat tinggi. Setiap cita-cita tinggi pasti membutuhkan perjuangan maksimal
dan pengorbanan total. Tidak ada cita-cita mulia yang didapatkan dengan santai
berpangku tangan dan duduk berleha-leha.
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ
الجَنَّةُ.
“Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu
mahal. Dan ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu surga”. HR. Tirmidzy dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dan sanad hadits ini dinilai sahih
oleh al-Hakim.
Karena itulah, ketika Rabi’ah radhiyallahu
‘anhu mengungkapkan keinginannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk masuk surga, beliau tidak serta merta mengabulkan
permintaannya. Namun beliau menjawab,
فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu
dengan engkau perbanyak sujud (shalat)“.
Nasehat nabawi ini mengajarkan pada kita
bahwa cita-cita mulia itu berbeda dengan angan-angan kosong belaka. Cita-cita
itu membutuhkan pengorbanan. Sedangkan angan-angan kosong itu hanyalah bualan
mimpi yang hanya ada di benak belaka. Tidak ada wujudnya di alam nyata.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع
المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده؛
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Untuk membantu manusia meraih negeri
keabadian surga Firdaus, Allah ta’ala membekali masing-masing dari kita
potensi yang berbeda-beda. Tergantung apakah kita berhasil memanfaatkan potensi
masing-masing atau tidak?
Ada yang dibekali Allah ta’ala kekayaan
harta yang melimpah ruah. Maka beruntunglah orang-orang yang berhasil
memanfaatkannya untuk membeli surga Allah dengan harta tersebut. Ia infakkan
hartanya di jalan Allah. Untuk memakmurkan masjid, lembaga pendidikan Islam,
majlis taklim, menyantuni anak yatim, membantu kaum fakir dan miskin.
“إِنَّ
اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ
لَهُمُ الْجَنَّةَ”
Artinya: “Sesungguhnya Allah membeli dari
orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka”. QS. At-Taubah (9): 111.
Ada pula yang dibekali Allah ta’ala ilmu
pengetahuan agama yang luas. Maka beruntunglah orang-orang yang selalu
mensedekahkan ilmunya tanpa lelah. Siang dan malam tanpa bosan berdakwah dan
mengajak umat manusia ke jalan Allah yang lurus. Sehingga ilmu tersebut akan
mengalirkan pahala yang begitu deras padanya, selama ilmu tersebut masih
bermanfaat.
“مَنْ
دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ”
“Barang siapa mengajarkan kebaikan maka ia
akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya”. HR. Muslim dari Abu Mas’ud
al-Anshary radhiyallahu ‘anhu.
Ada juga yang dikaruniai Allah ta’ala amanah
jabatan. Maka beruntunglah bila mereka memanfaatkan kedudukan tersebut untuk
mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya kesejahteraan jasmani saja, namun juga
kesejahteraan rohani mereka.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
“كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ؛ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ…”
“Masing-masing kalian adalah pemimpin dan
semua akan ditanya tentang bawahannya. Penguasa adalah pemimpin dan ia akan
ditanya tentang rakyatnya…” HR. Bukhari dan Muslim.
Selain itu ada pula yang dibekali oleh Allah
fisik yang sehat dan tenaga yang kuat. Maka beruntunglah orang-orang yang memanfaatkan
kelebihan itu untuk beribadah dengan tekun, berjuang membela agama Allah dan
membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan tenaganya.
Imam Malik rahimahullah berpetuah,
إِنَّ اللهَ قَسَمَ الأَعْمَالَ كَمَا قَسَمَ الأَرْزَاقَ، فَرُبَّ رَجُلٍ
فُتِحَ لَهُ فِي الصَّلاَةِ، وَلَمْ يُفتَحْ لَهُ فِي الصَّوْمِ، وَآخَرَ فُتِحَ
لَهُ فِي الصَّدَقَةِ وَلَمْ يُفتَحْ لَهُ فِي الصَّوْمِ، وَآخَرَ فُتِحَ لَهُ فِي
الجِهَادِ
“Sesungguhnya Allah membagi-bagi amalan
seperti Dia membagi-bagi rizki. Ada orang yang kuat untuk berlama-lama
menunaikan shalat sunnah namun tidak kuat untuk berpuasa. Ada pula yang mampu
untuk banyak-banyak bersedekah, namun tidak mampu untuk berpuasa. Ada juga yang
diberi keberanian untuk berjihad.
0 Response to "Gantungkan Cita-citamu Setinggi Langit"
Post a Comment