Namun, perilaku ini hanya sampai pada batas usia Sekolah dasar atau Menengah saja. Tidak sedikit orang setelah dewasa, melupakan didikan gurunya saat masih duduk di bangku dasar. Terbukti, banyak sampah berserakan bahkan dibuang sembarangan di pinggir jalan atau bahkan dibuang di sungai, sehingga menyebabkan penyumbatan dan akhirnya terjadi banjir.
Akhir-akhir ini, media sosial telah menampakkan fakta atas kelakuan orang-orang yang buang sampah di jalan, dalam hal ini yang dilakukan para pendukung AHOK atau sering dikenal AHOKERS. Sejak mereka mengadakan konser Kebhinekaan yang dihadiri orang-orang bayaran atas nama AHOKERS, sampah berserakan di jalan membuat kotor dan mengganggu pengguna jalan.
Terbaru, Aksi 1000 Lilin yang dilakukan AHOKERS, membuat jalan kotor bekas sampah makanan para pendemo dan juga bekas lelehan lilin yang membuat tata kota kotor. Bahkan, menyebabkan pengendara motor jatuh akibat jalan licin akibat lelehan lilin.
tampak anak kecil sedang membersihkan bekas sisa lelehan lilin yang membuata jalan kotor |
Tampak anggota FPI sedang membersihkan bekas lelehan lilin aksi 1000 Lilin |
Ironis, jauh berbeda dengan aksi yang dilakukan oleh jutaan kaum muslimin saat Aksi 212 dan aksi lainnya, sampah bersih tak bersisa, karena seusai acara, langsung dibersihkan oleh sukarelawan yang membawa sapu, serok dan wadah sampah.
Sehingga pantas dikatakan, generasi sampah tercermin dari perilaku buruk mereka yang membuang sampah sembarangan. Semoga saja dengan hal itu, ada hikmah didalamnya. Masyarakat jadi tahu dan membuka logikanya bahwa apa yang dilakukan mereka jauh dengan aksi damai 212.
Semoga bermanfaat
0 Response to "Generasi Sampah Tercermin dari Sembarangan Buang Sampah"
Post a Comment