Workshop Jurnalis Warga kembali diadakan di tempat wisata Jambe kembar kecamatan belik Sabtu (11/11) guna memantapkan kinerja kader JW yang berasal dari tiga desa binaan di kabupaten Pemalang yakni Sikasur,Kuta dan Bulakan.
Di hadiri oleh narasumber dari PemRed Jurnalis Warga Bahrul Ulum ( ) serta redaktur media mainstream Radar Tegal Ismail Fuad ( ),acara ini digelar guna memberikan pelatihan tambahan yakni mengajarkan tata cara bagaimana meliput,memotret dan mewawancarai narasumber agar sesuai dengan prosedur Jurnalisme.
Ismail menjelaslan tentang apa itu memotret dengan gaya kupu-kupu dan gaya kodok.ia juga menjelaskan detail bagaimana cara memotret yang baik dan benar agar bisa menghasilkan gambar yang berkwalitas dan bisa mewakili isi cerita dari setiap berita yang di unggah.
"Jangan memotret dengan mengambil gambar tokoh dibagian pas tengah obyek yang di potret,karena nanti akan terlihat seperti photo KTP"tandasnya
Dan dalam acara tersebut,secara tidak sengaja ternyata ada salah satu narasumber dari workshop sebelumnya yang sedang melintas diarea pelatihan,Agus Sulistiyanto ( ) dari satelit purwomerto sengaja mampir karena rasa pedulinya terhadap keamanan dari anggota Jurnalis Warga yang masih terbilang awan dengan UU pers dan UU IT.
Dengan gayanya yang akrab dan lucu,Agus pun kembali memberikan wejangan atau nasehat yang bertujuan agar Jurnalis warga lebih berhati-hati dalam menulis berita,mengingat Jurnalis warga belum memiliki payung hukum yang resmi seperti media-media mainstream.
"Menurut saya lebih baik kawan-kawan menulis yang aman-aman saja,seperti tetang kesehatan, difable,pendidikan atau mengekpos prestasi anak-anak yang ada didesa,jangan nyrempet yang mengarah pada pecemaran nama baik,misalkan penggelapan dana atau ada salah satu pemdesnya yang selingkuh dan lain-lain,pokoknya jauhi deh yang begitu-begitu,demi keamanan teman-teman semua.terangnya.
Pada akhir acara di anggota Jurnalis Warga dilatih untuk berakting seolah-oleh JW sedang melakukan wawancara resmi dengan tokoh narasumber berita yang diperankan oleh pihak narasumber pelatihan itu sendiri.
Dengan pengalamannya yang luas para narasumber menjalankan berbagai peran dan menggambarkan tentang adanya narasumber yang ramah dan tidak ketika dikujungi wartawan.
Yunah Jurnalis Warga dari desa Sikasur berpendapat,,"narasumbernya fasih dalam berperan,Mungkin memang hal seperti itu yang benar-benar pernah mereka alami ketika melakukan wawancara dilapangan,bisa dibayangkan bagaimana sedihnya ketika mendapat penolakan apa lagi dengan nada suara yang keras."jelasnya.
Yunah juga menambahkan tanpa media sebenarnya masyarakat akan kesulitan mendapatkan informasi,namun terkadang hanya karena segilitir wartawan yang melakukan kesalahan,membuat
opini masyarakat miring terhadap pemberitaan tanpa melihat derita dan susah payah bahkan terancamnya keselamatan wartawan ketika melakukan liputan wawancara maupun reportase dilapangan.(DYNH).
Tanpa jurnalisme dunia ini buram
Terkadang pemberitaan dianggap merugikan satu pihak yang diberitakan tapi bisa juga menjadi contoh pembelajaran bagi banyak pihak yang membacanya
Adanya crita tetang wartawan amplop dan media pilih kasih di jaman now,membuat masyarakat memukul rata bahwa semua wartawan biasanya begitu
Tapi Jurnalist warga hadir begitu,tanpa titel,tanpa gaji,sukarela menulis fakta yang ada
Menyuarakan kejadian disekitar,positif dan negatifnya hanya ditulis dengan hati dan ke ikhlasan
Jurnalist warga adalah pejuang
Menulis untuk menyuarakan kebenaran bukan menulis untuk membenarkan siapa yang bayar
Good morning temans,semoga Allah meridhoi langkah JW.
0 Response to "Perwakilan 3 Desa di Belik Ikuti Workshop Jurnalis Warga "
Post a Comment