Dengan berkembangnya teknologi, media sosial sebagai komunikasi lintas arah, lintas wilayah tanpa terbatas ruang dan waktu. Media sosial Facebook masih menjadi pilihan gerbang utama untuk menuju gerbang berikutnya.
Bagi para penjual online mereka pun masih menjadikan facebook dalam menawarkan produknya, meski di postingannya tertera alamat whatsapp sebagai tindak lanjut berikutnya bagi mereka yang minat dengan produk yang ditawarkannya.
Hal tersebut, ternyata berlaku bagi penjaja seks termasuk para pelaku LGBT, dengan mudah menjadikan media sosial dalam menawarkan tubuhnya untuk dinikmati atau menawarkan servisnya untuk menikmati.
Seringkali ini menjadi sesuatu hal yang ironis, orang dengan mudah mengakses atau bisa melakukan land coffe alias kopi darat dengan para pelaku LGBT. Tentu, dalam hal ini penulis tidak menafikan, media sosial juga dijadikan ajang para wanita penjaja tubuhnya diperjual belikan. Namun, untuk kali ini yang akan dikupas tuntas adalah media sosial yang menjadi wadah empuk bagi para pelaku LGBT.
Media Facebook merupakan media empuk untuk menjajakan perilaku menyimpang LGBT tersebut.
Banyak komunitas sebagai tahap awal komunikasi sesama pelaku LGBT semisal Gay. Ironisnya, gay juga sudah menyebar ke sendi-sendi pedesaan semisal di Kabupaten Brebes sudah banyak jaringannya. Tingkat Kabupaten sampai lingkup Pedesaan pun sudah ada komunitasnya. Ironis sungguh ironis dan menyedihkan, karena efeknya di Brebes, penderita HIV AIDS meningkat dan diidap oleh para LGBT.
Apa itu Homoseksual ?
Homoseksual berasal dari bahasa yunani yaitu homoios = sama ; dan bahasa Latin Sexus = jenis kelamin. Memiliki pengertian umum mencakup banyak macam kecenderungan seksual terhadap kelamin yang sama. Homoseksual adalah hubungan seksual antara dua orang yang berkelamin sama ( pria dengan pria ) dengan pelakunya dinamakan gay dan shemale ( bencong ).
Menurut sumber radar Tegal, di Kabupaten Brebes berdasar data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), 2017 lalu ada 149 penderita HIV/AIDS. Jumlah itu diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Untuk mengurangi angka penderita HIV/AIDS itu, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lingkungan Hidup (LPPLSH) aktif melakukan kegiatan edutainment dan sosialisasi HIV kepada warga. Misalnya yang dilakukan bulan lalu di Kecamatan Bumiayu dengan menggandeng RSUD Bumiayu.
Lokasi pertemuan pun seringkali dilakukan di tempat keramain di Alun-alun Kabupaten Brebes. Sebagai langkah awal bertemu dan dilanjutkan ke suatu tempat untuk melakukan sex gay melalui anal. Dalam dunia gay ada klasifikasi masing-masing yakni TOP dan BOT. Apa bedanya ?
Top dan Bot bagi Gay
tangkapan layar dari Facebook.com
Selain itu, aplikasi playstore juga menyediakan wadah komunikasi GAY tingkat dunia, hal ini berbahaya sehingga penulis sempat mengusulkan agar aplikasi tersebut dihapus. Namun, entah tidak ada kabar, mungkin masih tersedia.
tangkapan layar dari Facebook.com
Perilaku menyimpang ini semakin menyebar di Desa-desa, terindikasi adalah mereka yang merantau ke kota dan pulangnya membawa penyakit masyarakat tersebut. Yang penulis telah amati dan langsung berkomunikasi dengan mereka, mayoritas demikian latar belakang menyebarnya LGBT di Kabupaten dan Desa-desa. Maka dari itu kita harus berhati-hati dengan LGBT
0 Response to "Gay dan Waria Manfaatkan Transaksi Seks via Media Sosial"
Post a Comment