Ucap salah satu tokoh Partai yang juga anggota Dewan. Ia mengatakan sebuah kalimat yang memberikan makna bahwa Sumatera Barat bukanlah provinsi yang mendukung negara Pancasila dalam hal ini Indonesia. Tentu saja pernyataan ini menimbulkan polemik di kalangan masyarakat Sumatera Barat, seolah masyarakat Sumbar tidak Pancasilais.
Apakah yang berbicara itu buta sejarah ? Sepertinya perlu dikenalkan sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dimana banyak tokoh Minang yang ikut berperan dalam perjuangan membela tanah air dan ikut merumuskan pendirian negara Indonesia.
Sebut saja tokoh Tuanku Imam Bonjol yang gambarnya tertera pada uang 5 ribuan dan menjadi pemimpin perjuangan membela tanah air, Rasuna Said, tokoh perempuan yang berperan dalam perjuangan, lalu tokoh Mohammad Yamin, Mohammad Natsir, Soetan Sjahrir, Buya HAMKA dan masih banyak lagi tokoh pahlawan nasional dari tanah minang ini.
Meskipun begitu, kalau dilihat di media, seolah pernyataannya itu sudah betul dan tidak perlu meminta maaf kepada msyarakat Sumbar. Hal ini diamini oleh tokoh Partai Zuhairi Misrawi (ZM) yang dulu juga aktif di Jaringan Islam Liberal membela pernyataan PM.
ZM pun sebelumnya adalah tokoh yang nyeleneh dan sering membuat pernyataan kontroversional, sehingga setali tiga uang kalau ia membela " bos " nya. Ia dulu pernah membuat pernyataan bahwa umrah itu hanya buang - buang uang saja, berbiaya mahal hanya menyumbang devisa arab saudi. Lah..bagaimana kalau orang-orang yang jalan-jalan ke Eropa, luar negeri, kenapa gak dibahas ? yang disorot hanya umrah.
Akhir - akhir ini entah kenapa banyak tokoh - tokoh negarawan di Pemerintahan Indonesia seringkali mengucapkan kalimat yang menyakiti umat Islam. Penulis mencoba menganalisa bahwa kata " Semoga " itu sebuah harapan yang akan dicapai dan berbanding terbalik dengan fakta. MIsalkan dengan kalimat, " Semoga lekas sembuh " ( berarti orang tersebut dalam keadaan sakit ). Ada juga kalimat yang memang sejalan, misalkan, " Semoga tetap istiqomah,", " Semoga selalu diberikan kesehatan",. Kondisinya memang sehat namun harapannya agar sehat selalu.
Kalau saja ucapan PM itu, " Semoga Sumbar tetap mendukung negara pancasila,". Hal ini memberi makna bahwa Sumbar memang dari awal mendukung Indonesia sebagai negara pancasila. Bukan kalimat yang kontra, " Semoga menjadi Provinsi yang mendukung negara Pancasila," yang bermakna belum mendukung pancasila.
Semestinya dengan pikiran jernih dan tidak perlu merasa gengsi, PM meminta maaf kepada masyarakat Sumatera Barat dengan menarik ucapannya. Tidak membuat kisruh di masyarakat dan meresahkan. Setali tiga uang dengan menteri "a gama" yang mengatakan prosedur radikalisme masuk masjid itu melalui good loking hingga hafiz. Sebuah pernyataan yang menyakiti kaum muslimin. Seolah radikalisme hanya disematkan pada Islam saja dan masuk melalui kajian - kajian Islam.
Mestinya mereka perhatian kepada generasi muda yang "bobrok" seperti kejadian pesta sex "gay" yang tertangkap. Namun, sepertinya tidak ada pernyataan prihatin dan menghujat atas kejadian itu. Sungguh ironis, semoga pemimpin negara ini diberi kesabaran dan mampu memilih orang - orang yang berkompeten di bidangnya secara profesional.
0 Response to "Puan Harus Meminta Maaf pada Masyarakat Sumatera Barat"
Post a Comment